Maraknya praktik-praktik pengobatan alternatif di tanah air kian membuat persepsi tentang pengobatan alternatif dianggap miring. Akibatnya banyak masyarakat yang menganggap pengobatan alternatif sebagai produk kampungan dan tidak benar.
Maraknya praktisi yang membuka pengobatan alternatif tidak bisa bertahan lama. Sebab manajemen yang mereka lakukan tidak jelas. Pokoknya asal sembuh dan banyak didatangi pasien tanpa memikirkan akibat dari praktiknya. Sadar atau tidak sadar kita sering terjebak dalam masalah ini.
Misalnya ada salah satu keluarga kita yang sakit lalu kita mencari informasi kepada kawan, tetangga atau browsing di internet. Akibat pikiran kita panik, kita sering mengabaikan akal sehat karena dorongan terburu-buru untuk memperoleh kesembuhan.
Kita datang kepada salah satu praktisi pengobatan alternatif, kita merasa yakin dan benar sendiri tanpa mengecek terlebih dulu kebenarannya. Akhirnya bukan kesembuhan yang didapatkan tapi malapetaka yang berkepanjangan. Semua praktisi pengobatan alternatif selalu mengaku dan mengklaim bisa mengobati semua jenis penyakit dan kadang menjelekkan praktisi lain.
Jika demikian, tidak ada bedanya antara dokter umum dan praktisi pengobatan alternatif. Mengapa? Akhirnya semua keluhan pasien yang datang diterima begitu saja. Celakanya, calon pasien diberikan janji-janji dan kantong pasien dikuras habis. Sebuah fenomena yang sudah tidak asing kita dengar dan kita lihat serta banyak korban-korbannya mengadu ke kantor polisi.
Konsep pengobatan yang tidak memiliki akurasi ditawarkan serba cepat dan harga yang ditawarkan sangat variatif. Mulai dari kelas emperan sampai kelas kakap yang mewah. Dan semuanya pada dasarnya masalah tampilan semata. Kita sering coba-coba tanpa memikirkan apa akibatnya?
Sebuah teori sederhana menyatakan kebanyakan pasien-pasien yang datang ke klinik pengobatan alternatif adalah mereka yang sudah melakukan beragam terapi kesehatan namun tidak ada hasilnya. Inilah latar belakang yang mendorong masyarakat mendatangi tempat-tempat tersebut.
Hal ini tidak bisa disalahkan sepihak, sebab keterbatasan informasi dan wawasan pengobatan yang disodorkan tidak menyeluruh. Di sinilah wajib diadakan penyuluhan kesehatan yang kontinyu sehingga masyarakat tidak terjebak dalam praktik-praktik pengobatan yang merugikan.
Jikalau di desa terpencil yang jauh dari komunikasi dan informasi, apakah mereka akan berpikir untuk browsing ke internet atau membaca iklan di koran? Tentu tidak, mereka akan bertindak cepat untuk mengobati penyakitnya.
Apabila ada cara medis maka mereka akan mendatangi klinik medis. Seandainya tidak ada? Anda sendiri sudah mengetahui jawabannya. Krisis multidimensi seperti saat ini banyak menciptakan sesuatu yang serba cepat (baca: karbitan).
Tidak menutup kemungkinan hal ini bisa berawal dari himpitan ekonomi, lilitan utang, dan bermacam-macam alasan lainnya. Para praktisi pengobatan alternatif kadang mengabaikan norma, aturan baku, dan standar medis. Sehingga pada praktiknya terjadi penyelewengan. Misalnya malapraktik, salah diagnosis, bahkan berujung kepada kematian.
Cerdas Mendiagnosis Penyakit
Melihat situasi dan kondisi seperti saat ini marilah kita berpikir logis, arif dan bijaksana. Kami mengajak kepada Anda sekalian untuk menjauhkan pikiran negatif dan prasangka. Ternyata tidak semua praktik-praktik pengobatan alternatif itu membahayakan dan hanya memanfaatkan pasien sebagai komoditas praktiknya.
Pertama, saya akan mengajak Anda untuk menyimpulkan suatu penyakit yang sedang diderita. Suatu misal sakit kepala yang hebat, maka Anda bisa menyimpulkan hipertensi atau migrain. Ya benar, ini bisa disebut hipertensi atau migrain, sebuah diagnosa yang sederhana dari Anda sendiri.
Langkah apa selanjutnya? Anda pasti akan mengambil obat-obatan medis lalu meminumnya atau justru membiarkannya. Beberapa jam kemudian penyakit Anda sembuh total. Namun tiba-tiba penyakit itu muncul kembali lalu Anda memberikan obat yang sama. Tetapi setelah beberapa jam kondisinya semakin parah, lalu Anda semakin panik dan bingung bukan?
Di sinilah kadang muncul ketidakstabilan kita dalam berfikir dan mendiagnosis penyakit kita. Anehnya lagi dikaitkan dengan hal-hal yang berbau non medis (baca: mistis). Inilah yang menuntun Anda untuk menyimpulkan kegawatan penyakit Anda. Dan Anda sendiri yang akan membawa diri Anda ke mana; dokter atau dukun atau paranormal?
Kedua, Anda sebenarnya sangat cerdas dalam menyimpulkan penyakit itu. Karena Anda sudah tepat dalam menawarkan penyakitnya. Walau beberapa saat kemudian penyakit itu kambuh lagi. Menurut hemat saya, ketika penyakit Anda ini bersifat medis murni, maka jawabannya adalah Anda harus pergi ke dokter untuk mengonsultasikan penyakitnya.
Tujuannya supaya diambil tindakan medis lainnya agar penyembuhan penyakit Anda bisa tertangani dengan baik dan cepat. Kenapa harus ke dokter? Alasannya adalah Anda mengalami sakit kepala hebat lalu setelah Anda minum obat ternyata penyakit itu dan hilang total.
Ketiga, apabila Anda ingin menyimpulkan penyakit-penyakit yang berkaitan bukan karena medis, Anda harus bertanya kepada pegawai Kementerian Agama atau Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau membaca buku-buku agama yang berkaitan dengan sihir atau literatur buku lain yang mendukung pembahasan masalah ini.
Sehingga Anda tidak terjebak dalam kekeliruan. Sebab penyakit medis dan non medis itu sangat jelas perbedaannya dan lain cara penyembuhannya. Semoga Anda tidak salah memilih obat dan metode pengobatan.
0 Comments